Tuesday, December 27, 2011

Surat cinta untuk Gadis surga

Surat Cinta Untuk Gadis Surga 
Cerpen by : Najwa fahrini 

Kay tak bisa tidur lelap. Ia telah berusaha untuk menepis semua keraguan tentang istikharahnya selama ini. Jawabannya tetap tidak. Tapi kenapa? Kay hanya berguling-guling, masih ada setumpuk jawaban UAS mahasiswa tingkat satu yang harus dikoreksi. Ia beranjak dan menyalakan laptop. Tiba-tiba di yahoo chat ada instant message masuk. “Masih adakah saya di hati Kay?” mata Kay terbelalak. “Imran?” Merasa terusik dengan pertanyaan Imran, ia pun segera memencet tuts keyboardnya. “Apa maksudmu berkata begitu?” “Kenapa saya baru tahu hari sekarang kalau hati saya cuma buat Kay?” “Sebaiknya diakhiri saja pembicaraan ini. Lagipula besok hari besarmu. Kak Danis pasti akan sedih kalau kamu jadi seperti ini. Imran, kau sungguh beruntung telah mendapatkan salah satu bidadari-Nya yang diturunkan ke bumi.” “Siapa dia Kay?” “Maksudmu?” Kay mulai jengah. “Siapa orang yang kini ada di hatimu?” “Assalamualaykum,” Kay segera mengganti statusnya menjadi offline. 

Imran tahu itu dan dia tetap mengirimkan offline message padanya. Tetesan bening itu mengalir dari pelupuk matanya. “Ini hanya soal waktu dan kesempatan saja. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu.” “Aku tahu kamu masih di sana Kay,” Kay tak bergeming. 

Bandara Internasional Schiphol Sesorang pemuda, dengan two pieces berwarna hitam putih, tampak serasi dengan kacamata lamborgininya, dialah Achmad Mizan. Ia timang kembali benda persegi empat berwarna merah muda. Sisa mocafrio ia seruput hingga tandas untuk menghangatkan tubuhnya yang mulai kedinginan. Syal pun segera ia eratkan di leher. Sesuatu yang dulu sempat terbersit ingin ia berikan pada seseorang yang telah bernaung dalam alam bawah sadarnya. “Kenapa dia tak juga memberi jawaban?” satu pertanyaan yang tiba-tiba harus ia ungkapkan pada dirinnya sendiri. Belum juga ada kabar dari Kay tentang biodata yang telah ia serahkan pada Danis beberapa waktu silam. “Mungkin kau terlalu sibuk mempersiapkan pernikahanmu, Nis,” tepisnya. 

Sementara terpaan angin di luar semakin kencang. Rupanya penerbangan ke Indonesia delay karena cuaca buruk. “Uh, kenapa akhir-akhir ini alam begitu tak bersahabat?” ia menarik napas panjang. Ransel kecil ia letakkan di pundak, dan ia pergi ke lorong sempit dekat toilet untuk sholat sunnah. “Ya Allah apabila Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebaikan kepada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon ampunan kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu, dan aku memohon kepada-Mu dari anugerah-Mu yang agung. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedang aku tidak kuasa, Engkau Mahatahu sedang aku tidak mengetahui, Engkaulah Dzat yang Mahamengetahui perkara yang gaib. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa urusan antara aku dan Kay ialah baik bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku di dunia atau akhirat, maka tentukanlah untukku, mudahkanlah jalannya dan berkahilah aku di dalamnya. Dan apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini ialah buruk bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku, maka jauhkanlah ia dariku, dan jauhkanlah diriku darinya, tentukanlah untukku apapun yang terbaik, kemudian ridhailah aku dengannya. Amin” 

Amplop cokelat itu masih juga tergeletak di atas meja belajar Kay. Owl city mengalun dari Hpnya. Ia baru akan membukanya ketika selesai tilawah. Kay tak terkejut, dan mungkin inilah yang ditunggunya. Kini menunggu pagi berganti hingga hari ketujuh adalah harapan Kay. “Dinda Kay, apakah sudah ada jawaban yang bisa dikirim ke hp kakak?” Usai menyelesaikan tilawahnya “Kenapa Kay  menunggu hingga menit terakhir hari pernikahan kakak, sih?” Kay mulai menekan keypad, “S-U-D-A-H,” tapi ia menghapusnya kembali. Bimbang. “Apa yang membuatku masih ragu, Ya Allah?” 

Kokpit pesawat rusak dan penumpang pun panik. Cadangan oksigen di dalam pesawat sudah mulai menipis. Badai telah menghempaskan pesawat hingga jauh keluar dari jalur. -Baru saja pesawat yang membawa dubes Indonesia untuk Belanda keluar dari jalur. Saat ini pesawat masih belum diketahui keberadaannya. Diduga kecelakaan ini terjadi karena adanya sabotase pada mesin pesawat yang dilakukan oleh teroris.-

 “Kay bosan, Ma. Masak apa-apa selalu dikaitkan sama teroris. Justru mereka itu yang meneror masyarakat dengan berita murahan. Dasar teroris teriak teroris,” ungkap Kay kesal. “Mama jadi ingat Mizan, Kay. Dimana dia sekarang?” mama memainkan ujjung jilbab Kay. Kay tersentak. Ia belum berani cerita pada mama soal isi amplop cokelat tempo hari, “Ah, mama, ya mana Kay ngerti. Aku ketemu dia 6 bulan yang lalu. Dia lulus tahun ini ma, dan akan mengambil mengambil program post doctornya di Indonesia.” “Kay, masih mau keliling-keliling lagi?” Kay mengangkat bahu. Tanda kata sepakat bahwa pembicaraan ini diakhiri. 

Tumpukan album pernikahan papa dan mama yang ada di lemari buku lebih menggoda Kay. Ia segera mengambil dan menamatkannya satu persatu. Beberapa saat kemudian mata mama berkaca saat menyerahkan genggaman telepon ke tangan Kay. “Siapa, Ma?” Tanya Kay heran. “Kak Danis,” mama berlalu dari hadapan Kay dan menangis sesenggukan di dapur. Kay menerima gagang telepon dari mamanya dengan wajah bingung. “Halo, Kak. Kok bikin mamaku sedih, sih?” “Dek, kenapa sms Kakak belum dibalas?” “Kak, habis nangis ya? Suaranya kok aneh banget sih,” “Pasti dekor kamarnya nggak sesuai dengan keinginan, yah? Atau gaunnya udah nggak pas lagi soalnya Kak Danis jadi makin gendut ya? Kay tertawa lepas, tapi suara di seberang telepon seperti tak dapat menahan tangis. “Kak.” “Kay tahu hari ini Mizan pulang ke Indonesia?” “Oh, ya? Wah seneng dong, akhirnya teman lama bisa kumpul lagi. Seneng banget ya kakak sampe nangis sesenggukan gitu.” “Kay, hentikan…,” Danis semakin terisak. “Mizan ada di dalam pesawat itu,” “Mizan? Pesawat?” 

Inilah warna hidup Kay, kenapa ia begitu benci dengan warna hitam. Ia telah memberi kekosongan pada jiwanya. Bukan karena kenapa tak memberikan jawaban sebelum hari ketujuh sehingga Mizan tak perlu datang ke Indonesia dengan pesawat naas itu, bukan karena Mizan juga tak sedari dulu bilang kalau ia punya hati padanya. Tapi cinta karena Allah-lah yang membuat Kay begitu teguh menjaga cintanya hingga di saat yang tepat. “Kak, Danis. Tahukah mengapa cinta itu memiliki warna?” katanya menenangkan Danis di seberang. “Mizan bilang, biru itu ketenangan, kuning itu kesejahteraan, merah itu keberanian, pink itu romantisme, hijau itu ketabahan, putih itu kesucian, dan hitam adalah kekosongan yang berisi. Dan dia, telah sampai pada titik itu. Itulah cinta. Celupan warna dari Allah yang tak bisa diterjemahkan orang pada umumnya yang melihat cinta menjadi satu warna saja.” 

Di bandara schiphol seseorang berdoa penuh takzim dan sujudnya penuh syukur manakala ia tahu telah diselamatkan dari sebuah kecelakaan naas yang hampir saja mengikutsertakan dirinya. Surat cinta untuk gadis surga Ia telah datang dengan singgasana penuh sayap perak Dalam kubah sebening embun Dan air sungai mengalir yang terasa seperti madu Dengan mahkota yang berkilauan seperti berlian Jaga dia… Orang yang telah menjaga hatinya untuk kalian demi Tuhannya Ibadah teguhnya untuk Tuhannya Cinta sejatinya untuk dipertemukan pada saat yang tepat Dengan bidadari dunia Dialah wanita sholehah

No comments: